Saya ingin menceritakan suatu pengalaman unik saat saya berlibur ke kota tempat paman saya
tinggal, Malang. Kejadiannya kira-kira dua minggu yang lalu. Hari Minggu itu keluarga paman yang
terdiri dari paman, bibi dan ketiga anak laki-lakinya yang masih remaja mengajakku pergi ke suatu
kota kecil dekat Malang, yaitu Batu. Daerah itu terkenal karena buah apelnya dan hawanya cukup
dingin. Kami berenam naik mobil Panther kesayangan saya.
Perjalanan kami saat itu cukup menyenangkan. Kami ngobrol kesana kesini tentang keadaan kota
kecil yang akan kami datangi. Sama sekali tidak terpikirkan oleh saya bahwa mobil Panther yang
saya kendarai itu bakal membuat masalah. Dan benar saja, sepuluh menit sebelum kami tiba di Batu,
mobil itu mogok. Paman dan anak-anaknya berusaha mendorong dari belakang dengan sekuat
tenaga. Sementara Bibi duduk dalam mobil itu dengan raut wajah cemas.
Seperempat jam mobil itu belum juga dapat dinyalakan mesinnya. Walaupun dibantu oleh beberapa
orang tukang becak, namun si Panther masih juga mogok. Akhirnya kami memutuskan untuk
membawanya ke bengkel yang tidak jauh dari tempat itu. Sementara itu keluarga Paman akhirnya
pulang kembali ke Malang dengan naik angkutan umum yang lewat di sana.
Mobil yang dipaksa didorong itu akhirnya sampai juga di depan bengkel. Bengkel itu disebut
BENGKEL TIARA oleh penduduk setempat, menurut mereka TIARA itu singkatan dari TIDAK
ADA PRIA. Setelah kuperhatikan, ternyata semua montirnya, walau berseragam montir yang
berlepotan oli, adalah para wanita muda yang cantik dan sexy. Mereka terlihat ramah dan senang
diajak ngobrol. Kasirnya juga seorang wanita. Jadi sama sekali tidak ada pegawai pria di sana. Hebat
juga ya? Melihat kenyataan itu, pikiran isengku muncul.
Kebetulan mobil Pantherku mereka tarik ke ruang dalam bengkel yang sunyi senyap dan tertutup.
Dua orang montir cantik ditugaskan untuk menangani mobil itu. Saat mereka tengah memeriksa
bagian depan mobil Panther tempat mesinnya berada, dengan sengaja kujulurkan kedua tanganku ke
arah pantat mereka. Mereka sedang berdiri menunduk untuk memeriksa mesin mobil. Perlahan
kuraba pantat mereka dengan pelan. Tidak ada reaksi. Karena kelihatannya mereka tidak keberatan,
lalu kuremas-remas pantat mereka berdua. Nah kali ini mereka menoleh.
"Mas... tangan Mas nakal deh... kalo mau yang lebih enak, tunggu ya. Begitu kami selesai menservis
mobil ini, pasti yang punya mobil akan kami servis juga. Jangan kuatir deh.., kami ahlinya dalam
menservis dua-duanya. Ha-ha-ha-ha..." ujar salah seorang montir cantik yang belakangan kuketahui
bernama Gita sambil tersenyum genit.
Aku kaget bukan kepalang. Nah ini dia yang kucari. Jarang lho ada bengkel seperti ini. Ternyata apa
yang dijanjikan Gita ditepati mereka berdua. Saat itu juga aku diajak ke lantai atas di sebuah rumah
di belakang bengkel besar itu. Di sana ada beberapa kamar yang dilengkapi dengan perlengkapan t
idur dan perlengkapan mandi yang serba moderen. Begitu mewah dan mentereng tempatnya. Jauh
sekali perbedaannya bila dibandingkan dengan bengkel di depannya.
Kedua cewek montir tadi (seorang lagi bernama Tutut), saat aku terperangah menatap ruangan kamar
itu, tiba-tiba entah dari mana muncul dengan hanya mengenakan pakaian minim. Alamaak..! Hanya
BH dan celana dalam tembus pandang yang menutupi tubuh seksi mereka. Aku tidak menyangka
bahwa tubuh mereka yang tadinya terbungkus seragam montir berwarna biru muda, begitu sexy dan
montok. Buah dada mereka saja begitu besar. Gita kelihatannya berpayudara 36B, dan Tutut pasti 38.
BH yang menutupinya seperti tidak muat. Langsung saja si penis andalanku mulai mengeras. Tanpa
menunggu waktu lagi, aku segera membuka pakaianku.
Setelah hampir semua baju dan celanaku terlepas, keduanya tanpa banyak bicara mendorongku
supaya jatuh telentang di atas tempat tidur. Aku pun diserbu. Saat itu hanya tinggal celana dalam
yang masih melekat di tubuhku. Gita dengan ganasnya langsung menyerang bibir dan mulutku.
Ciuman dan permainan lidahnya begitu menggebu-gebu, hampir saja aku tidak dapat bernafas
dibuatnya. Tutut pun tidak kalah ganasnya. Tangannya langsung meraba-raba senjataku dari luar
celana dalamku. Pelan tapi pasti rabaan dan remasannya itu membuatku menggelinjang hebat. Ia pun
menjilati bagian penisku itu, terutama di bagian kepalanya.
Lalu dengan inisiatifnya sendiri, Tutut menurunkan celana dalamku. Maka si kecil pun langsung
mencuat keluar, keras, tegak, dan besar. Tangan Gita langsung mengocok-ngocok penisku.
Sementara Gita mulai terus menjilati buah zakar dan terus ke bagian pangkal penisku. Memang
penisku tergolong besar dibandingkan ukuran rata-rata penis orang Indonesia, panjang 19 cm dan
diameter 7 cm.
Kedua cewek montir itu sekarang bergantian menjilati, mengocok dan mengulum penisku seperti
orang kelaparan. Aku sih senang-senang saja diperlakukan seperti itu. Sementara itu dengan leluasa
kedua tanganku bergegas membuka pengait bra mereka berdua. Setelah penutup payudara mereka
terbuka, tanganku mulai sibuk meremas-remas kedua gunung kembar mereka.
Beberapa menit kemudian, Tutut mulai membuka celana dalamnya. Lalu ia mengarahkan vaginanya
ke mulutku. Oh aku mengerti. Kini gantian aku yang harus menghisap bagian liang kewanitaannya.
Seumur hidupku sebenarnya aku belum pernah melakukannya. Aku takut karena baunya yang tidak
sedap. Ternyata perkiraanku salah. Saat kuendus baunya, ternyata vagina si Tutut terasa amat wangi.
Karena baunya menyenangkan, aku pun menjulurkan lidahku ke liang kemaluannya. Lidahku
berputar-putar masuk keluar di sekitar vaginanya.
Sementara itu, Gita masih terus mengulum dan mengisap penisku. Kemudian tanpa dikomando, ia
pun melepaskan CD-nya dan langsung duduk di atas perutku. Dengan lembut tangan kirinya meraih
penis tegakku lalu pelan-pelan dimasukkannya ke dalam liang senggamanya.
"Bless... bless... bless..!" terdengar suara kulit penisku bergesekan dengan kulit vaginanya saat ia
mulai turun naik di atas tubuhku.
Aku jadi merem melek dibuatnya. Kenikmatan yang luar biasa. Ia juga terlihat terangsang berat.
Tangan kanannya memegang payudara kanannya sementara matanya terpejam dan lidahnya seperti
bergerak keluar masuk dan memutar. Dari mulutnya terdengar suara erangan seorang wanita yang
sedang dilanda kenikmatan hebat.
Rupanya si Tutut tidak mau kalah atau tidak dapat bagian. Ia mendekati Gita yang sedang bergerak
dengan asyiknya di atas perutku. Gita pun mengerti. Ia turun dari perutku dan menyerahkan penisku
kepada Tutut. Dengan raut wajah terlihat senang, Tutut pun duduk di atas penisku. Yang lebih
gilanya lagi, gerakannya bukan saja naik-turun atau memutar, tapi maju mundur. Wah.., aku jadi
tambah terangsang nih jadinya. Dengan sengaja aku bangkit. Lalu kucium dan kuemut payudara
kembarnya itu.
Dua puluh menit berlalu, tapi 'pertempuran' 2 in 1 ini belum juga akan berakhir. Setelah Tutut puas,
aku segera menyuruh keduanya untuk berjongkok. Aku akan menyetubuhi mereka dengan gaya
doggy style. Konon gaya inilah yang paling disukai oleh para montir wanita yang biasa bekerja di
bengkel-bengkel mobil bila ngeseks. Aku mengarahkan penisku pertama-tama ke liang kenikmatan
Gita dan tanpa ampun lagi penis itu masuk seluruhnya. "Bless! Jeb! Jeb..!"
Kepala Gita terlihat naik turun seirama dengan tusukanku yang maju mundur.
Tiba-tiba saja Gita memegang bagian kepala ranjang dengan kuatnya.
"Uh..! Uh..! Uh..! Aku mau keluar, Mas..!" erangnya dengan suara tertahan.
Rupanya ia orgasme. Lalu aku pun mencabut penisku yang basah oleh cairan kemaluannya Gita dan
kumasukkan ke vagina Tutut. Perlu kalian tahu, vagina Tutut ternyata lebih liat dan agak sulit
ditembus dibanding punyanya Gita. Mungkin Tutut jarang ngeseks, walau aku yakin betul kedua-
duanya jelas-jelas sudah tidak perawan lagi.
Begitu penisku amblas ke dalam vagina Tutut, penisku seperti disedot dan diputar. Sambil
memegang pantat Tutut yang amat besar dan putih mulus, aku terus saja maju mundur menyerang
lubang kenikmatan Tutut dari belakang. Hampir saja aku ejakulasi dari tadi. Untung saja aku dapat
menahannya. Aku tidak mau kalah duluan. Sepuluh menit berlalu, tapi Tutut belum juga orgasme.
Maka kubaringkan dia sekali lagi, dan aku akan menusuk vaginanya dengan gaya konvensional.
Seperti biasa, ia berada di bawahku dan kedua kakinya menjepit punggungku. Aku dapat naik turun
di atas tubuhnya dengan posisi seperti segitiga siku-siku. Matanya merem melek merasakan
kedahsyatan penis ajaibku.
Permainanku diimbangi dengan usahaku untuk mengulum puting payudaranya yang besar dan
kenyal. Ternyata dengan mengulum payudara itu, spaningku semakin naik. Penisku terasa semakin
membesar di dalam kemaluannya Tutut. Dan tiba-tiba.., sesuatu sepertinya akan lepas dari tubuhku.
"Crot..! Crot..! Crot..!" aku mengalami ejakulasi luar dahsyatnya.
Sebanyak dua belas kali semprotan maniku berhamburan di dalam vaginanya Tutut. Aku pun lemas
di atas tubuhnya.
Saat aku sudah tertidur di atas kasur empuk itu, tanpa setahuku Tutut dan Gita cepat-cepat
mengenakan pakaiannya kembali dan kemudian pergi entah ke mana. Lalu kudengar langkah
seorang pria berjalan masuk ke kamar itu. Ia mendekati ranjang dan membangunkanku.
"Van.., bangun, Van..!" tangannya yang kekar terasa menggoyangkan punggungku yang telanjang.
Saat aku membuka mata, ternyata Paman!
"Lho, Paman.., bukankah Paman tadi udah pulang bersama Bibi dan adik-adik..?"
Ia menjawab sambil mengganggukkan kepala, "Benar, Ivan... kedua wanita tadi adalah pegawai-
pegawai Paman sebenarnya... Mereka berdua Paman suruh men'servis' kamu karena Paman dan Bibi
tidak sempat memberimu hadiah ultahmu ke 28 bulan yang lalu, jadi itu hadiahnya. Dan mengenai
mobil Panther itu, Paman sengaja mengotak-atik kabel mesinnya, lalu kuajarkan si Sri Hadiyanti dan
Regita Cahyani itu untuk membetulkannya. Anggap aja kejutan ya, Van... tapi kamu puas kan atas
pelayanan mereka berdua? Jangan kuatir.., selama kau berada di sini, Paman mempersilakan kamu
mengencani mereka sampai kamu bosan. Kebetulan kan tiap hari mereka masuk kerja.
He-he-he-he..."
Wah.., pengalaman tidak terlupakan nih! Memang sejak itu, selama 15 hari aku berada di Malang
dalam rangka libur semesteran kuliahku di Amerika, aku sepertinya tidak bosan-bosan melayani
kencan seks kedua gadis seksi itu. Setiap kali kami selesai melakukannya, Gita selalu berkata, "Mas
Ivan... kami belum pernah merasakan penis yang begitu hebat dan perkasa menerobos vagina kami..,
biasanya kalo tamu Pamanmu, mereka baru 1 menit udah KO! Tapi kau kuat sekali... bisa sampai
dua setengah jam... minum apa sih, Mas..? " Setiap kali ditanya begitu,
aku hanya tersenyum simpul dan menjawab, "Ada deh..." Keduanya menatap keheranan.
tinggal, Malang. Kejadiannya kira-kira dua minggu yang lalu. Hari Minggu itu keluarga paman yang
terdiri dari paman, bibi dan ketiga anak laki-lakinya yang masih remaja mengajakku pergi ke suatu
kota kecil dekat Malang, yaitu Batu. Daerah itu terkenal karena buah apelnya dan hawanya cukup
dingin. Kami berenam naik mobil Panther kesayangan saya.
Perjalanan kami saat itu cukup menyenangkan. Kami ngobrol kesana kesini tentang keadaan kota
kecil yang akan kami datangi. Sama sekali tidak terpikirkan oleh saya bahwa mobil Panther yang
saya kendarai itu bakal membuat masalah. Dan benar saja, sepuluh menit sebelum kami tiba di Batu,
mobil itu mogok. Paman dan anak-anaknya berusaha mendorong dari belakang dengan sekuat
tenaga. Sementara Bibi duduk dalam mobil itu dengan raut wajah cemas.
Seperempat jam mobil itu belum juga dapat dinyalakan mesinnya. Walaupun dibantu oleh beberapa
orang tukang becak, namun si Panther masih juga mogok. Akhirnya kami memutuskan untuk
membawanya ke bengkel yang tidak jauh dari tempat itu. Sementara itu keluarga Paman akhirnya
pulang kembali ke Malang dengan naik angkutan umum yang lewat di sana.
Mobil yang dipaksa didorong itu akhirnya sampai juga di depan bengkel. Bengkel itu disebut
BENGKEL TIARA oleh penduduk setempat, menurut mereka TIARA itu singkatan dari TIDAK
ADA PRIA. Setelah kuperhatikan, ternyata semua montirnya, walau berseragam montir yang
berlepotan oli, adalah para wanita muda yang cantik dan sexy. Mereka terlihat ramah dan senang
diajak ngobrol. Kasirnya juga seorang wanita. Jadi sama sekali tidak ada pegawai pria di sana. Hebat
juga ya? Melihat kenyataan itu, pikiran isengku muncul.
Kebetulan mobil Pantherku mereka tarik ke ruang dalam bengkel yang sunyi senyap dan tertutup.
Dua orang montir cantik ditugaskan untuk menangani mobil itu. Saat mereka tengah memeriksa
bagian depan mobil Panther tempat mesinnya berada, dengan sengaja kujulurkan kedua tanganku ke
arah pantat mereka. Mereka sedang berdiri menunduk untuk memeriksa mesin mobil. Perlahan
kuraba pantat mereka dengan pelan. Tidak ada reaksi. Karena kelihatannya mereka tidak keberatan,
lalu kuremas-remas pantat mereka berdua. Nah kali ini mereka menoleh.
"Mas... tangan Mas nakal deh... kalo mau yang lebih enak, tunggu ya. Begitu kami selesai menservis
mobil ini, pasti yang punya mobil akan kami servis juga. Jangan kuatir deh.., kami ahlinya dalam
menservis dua-duanya. Ha-ha-ha-ha..." ujar salah seorang montir cantik yang belakangan kuketahui
bernama Gita sambil tersenyum genit.
Aku kaget bukan kepalang. Nah ini dia yang kucari. Jarang lho ada bengkel seperti ini. Ternyata apa
yang dijanjikan Gita ditepati mereka berdua. Saat itu juga aku diajak ke lantai atas di sebuah rumah
di belakang bengkel besar itu. Di sana ada beberapa kamar yang dilengkapi dengan perlengkapan t
idur dan perlengkapan mandi yang serba moderen. Begitu mewah dan mentereng tempatnya. Jauh
sekali perbedaannya bila dibandingkan dengan bengkel di depannya.
Kedua cewek montir tadi (seorang lagi bernama Tutut), saat aku terperangah menatap ruangan kamar
itu, tiba-tiba entah dari mana muncul dengan hanya mengenakan pakaian minim. Alamaak..! Hanya
BH dan celana dalam tembus pandang yang menutupi tubuh seksi mereka. Aku tidak menyangka
bahwa tubuh mereka yang tadinya terbungkus seragam montir berwarna biru muda, begitu sexy dan
montok. Buah dada mereka saja begitu besar. Gita kelihatannya berpayudara 36B, dan Tutut pasti 38.
BH yang menutupinya seperti tidak muat. Langsung saja si penis andalanku mulai mengeras. Tanpa
menunggu waktu lagi, aku segera membuka pakaianku.
Setelah hampir semua baju dan celanaku terlepas, keduanya tanpa banyak bicara mendorongku
supaya jatuh telentang di atas tempat tidur. Aku pun diserbu. Saat itu hanya tinggal celana dalam
yang masih melekat di tubuhku. Gita dengan ganasnya langsung menyerang bibir dan mulutku.
Ciuman dan permainan lidahnya begitu menggebu-gebu, hampir saja aku tidak dapat bernafas
dibuatnya. Tutut pun tidak kalah ganasnya. Tangannya langsung meraba-raba senjataku dari luar
celana dalamku. Pelan tapi pasti rabaan dan remasannya itu membuatku menggelinjang hebat. Ia pun
menjilati bagian penisku itu, terutama di bagian kepalanya.
Lalu dengan inisiatifnya sendiri, Tutut menurunkan celana dalamku. Maka si kecil pun langsung
mencuat keluar, keras, tegak, dan besar. Tangan Gita langsung mengocok-ngocok penisku.
Sementara Gita mulai terus menjilati buah zakar dan terus ke bagian pangkal penisku. Memang
penisku tergolong besar dibandingkan ukuran rata-rata penis orang Indonesia, panjang 19 cm dan
diameter 7 cm.
Kedua cewek montir itu sekarang bergantian menjilati, mengocok dan mengulum penisku seperti
orang kelaparan. Aku sih senang-senang saja diperlakukan seperti itu. Sementara itu dengan leluasa
kedua tanganku bergegas membuka pengait bra mereka berdua. Setelah penutup payudara mereka
terbuka, tanganku mulai sibuk meremas-remas kedua gunung kembar mereka.
Beberapa menit kemudian, Tutut mulai membuka celana dalamnya. Lalu ia mengarahkan vaginanya
ke mulutku. Oh aku mengerti. Kini gantian aku yang harus menghisap bagian liang kewanitaannya.
Seumur hidupku sebenarnya aku belum pernah melakukannya. Aku takut karena baunya yang tidak
sedap. Ternyata perkiraanku salah. Saat kuendus baunya, ternyata vagina si Tutut terasa amat wangi.
Karena baunya menyenangkan, aku pun menjulurkan lidahku ke liang kemaluannya. Lidahku
berputar-putar masuk keluar di sekitar vaginanya.
Sementara itu, Gita masih terus mengulum dan mengisap penisku. Kemudian tanpa dikomando, ia
pun melepaskan CD-nya dan langsung duduk di atas perutku. Dengan lembut tangan kirinya meraih
penis tegakku lalu pelan-pelan dimasukkannya ke dalam liang senggamanya.
"Bless... bless... bless..!" terdengar suara kulit penisku bergesekan dengan kulit vaginanya saat ia
mulai turun naik di atas tubuhku.
Aku jadi merem melek dibuatnya. Kenikmatan yang luar biasa. Ia juga terlihat terangsang berat.
Tangan kanannya memegang payudara kanannya sementara matanya terpejam dan lidahnya seperti
bergerak keluar masuk dan memutar. Dari mulutnya terdengar suara erangan seorang wanita yang
sedang dilanda kenikmatan hebat.
Rupanya si Tutut tidak mau kalah atau tidak dapat bagian. Ia mendekati Gita yang sedang bergerak
dengan asyiknya di atas perutku. Gita pun mengerti. Ia turun dari perutku dan menyerahkan penisku
kepada Tutut. Dengan raut wajah terlihat senang, Tutut pun duduk di atas penisku. Yang lebih
gilanya lagi, gerakannya bukan saja naik-turun atau memutar, tapi maju mundur. Wah.., aku jadi
tambah terangsang nih jadinya. Dengan sengaja aku bangkit. Lalu kucium dan kuemut payudara
kembarnya itu.
Dua puluh menit berlalu, tapi 'pertempuran' 2 in 1 ini belum juga akan berakhir. Setelah Tutut puas,
aku segera menyuruh keduanya untuk berjongkok. Aku akan menyetubuhi mereka dengan gaya
doggy style. Konon gaya inilah yang paling disukai oleh para montir wanita yang biasa bekerja di
bengkel-bengkel mobil bila ngeseks. Aku mengarahkan penisku pertama-tama ke liang kenikmatan
Gita dan tanpa ampun lagi penis itu masuk seluruhnya. "Bless! Jeb! Jeb..!"
Kepala Gita terlihat naik turun seirama dengan tusukanku yang maju mundur.
Tiba-tiba saja Gita memegang bagian kepala ranjang dengan kuatnya.
"Uh..! Uh..! Uh..! Aku mau keluar, Mas..!" erangnya dengan suara tertahan.
Rupanya ia orgasme. Lalu aku pun mencabut penisku yang basah oleh cairan kemaluannya Gita dan
kumasukkan ke vagina Tutut. Perlu kalian tahu, vagina Tutut ternyata lebih liat dan agak sulit
ditembus dibanding punyanya Gita. Mungkin Tutut jarang ngeseks, walau aku yakin betul kedua-
duanya jelas-jelas sudah tidak perawan lagi.
Begitu penisku amblas ke dalam vagina Tutut, penisku seperti disedot dan diputar. Sambil
memegang pantat Tutut yang amat besar dan putih mulus, aku terus saja maju mundur menyerang
lubang kenikmatan Tutut dari belakang. Hampir saja aku ejakulasi dari tadi. Untung saja aku dapat
menahannya. Aku tidak mau kalah duluan. Sepuluh menit berlalu, tapi Tutut belum juga orgasme.
Maka kubaringkan dia sekali lagi, dan aku akan menusuk vaginanya dengan gaya konvensional.
Seperti biasa, ia berada di bawahku dan kedua kakinya menjepit punggungku. Aku dapat naik turun
di atas tubuhnya dengan posisi seperti segitiga siku-siku. Matanya merem melek merasakan
kedahsyatan penis ajaibku.
Permainanku diimbangi dengan usahaku untuk mengulum puting payudaranya yang besar dan
kenyal. Ternyata dengan mengulum payudara itu, spaningku semakin naik. Penisku terasa semakin
membesar di dalam kemaluannya Tutut. Dan tiba-tiba.., sesuatu sepertinya akan lepas dari tubuhku.
"Crot..! Crot..! Crot..!" aku mengalami ejakulasi luar dahsyatnya.
Sebanyak dua belas kali semprotan maniku berhamburan di dalam vaginanya Tutut. Aku pun lemas
di atas tubuhnya.
Saat aku sudah tertidur di atas kasur empuk itu, tanpa setahuku Tutut dan Gita cepat-cepat
mengenakan pakaiannya kembali dan kemudian pergi entah ke mana. Lalu kudengar langkah
seorang pria berjalan masuk ke kamar itu. Ia mendekati ranjang dan membangunkanku.
"Van.., bangun, Van..!" tangannya yang kekar terasa menggoyangkan punggungku yang telanjang.
Saat aku membuka mata, ternyata Paman!
"Lho, Paman.., bukankah Paman tadi udah pulang bersama Bibi dan adik-adik..?"
Ia menjawab sambil mengganggukkan kepala, "Benar, Ivan... kedua wanita tadi adalah pegawai-
pegawai Paman sebenarnya... Mereka berdua Paman suruh men'servis' kamu karena Paman dan Bibi
tidak sempat memberimu hadiah ultahmu ke 28 bulan yang lalu, jadi itu hadiahnya. Dan mengenai
mobil Panther itu, Paman sengaja mengotak-atik kabel mesinnya, lalu kuajarkan si Sri Hadiyanti dan
Regita Cahyani itu untuk membetulkannya. Anggap aja kejutan ya, Van... tapi kamu puas kan atas
pelayanan mereka berdua? Jangan kuatir.., selama kau berada di sini, Paman mempersilakan kamu
mengencani mereka sampai kamu bosan. Kebetulan kan tiap hari mereka masuk kerja.
He-he-he-he..."
Wah.., pengalaman tidak terlupakan nih! Memang sejak itu, selama 15 hari aku berada di Malang
dalam rangka libur semesteran kuliahku di Amerika, aku sepertinya tidak bosan-bosan melayani
kencan seks kedua gadis seksi itu. Setiap kali kami selesai melakukannya, Gita selalu berkata, "Mas
Ivan... kami belum pernah merasakan penis yang begitu hebat dan perkasa menerobos vagina kami..,
biasanya kalo tamu Pamanmu, mereka baru 1 menit udah KO! Tapi kau kuat sekali... bisa sampai
dua setengah jam... minum apa sih, Mas..? " Setiap kali ditanya begitu,
aku hanya tersenyum simpul dan menjawab, "Ada deh..." Keduanya menatap keheranan.